Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Dusun 3 Desa Kertanegara, Kecamatan Haurgeulis Bersama UPTD Puskesmas Wanakaya
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Pendekatan ini bertujuan mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam mencapai lima pilar STBM, yaitu stop buang air besar sembarangan (BABS), cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair rumah tangga. Salah satu contoh implementasi pendekatan ini dapat dilihat di Dusun 3 Desa Kertanegara, Kecamatan Haurgeulis, melalui kolaborasi bersama UPTD Puskesmas Wanakaya yang kali ini dilaksanakan pada Hari Sabtu, 23 November 2024 Jam 09.00 WIB dirumahnya Bapak RT. 009 EKA DINATA, hadir juga Sanitarian Ibu Khojanatussaadah, Bidan Desa Ibu Nurmala Dewi, Kader Posyandu, Tokoh Perempuan dan Tokoh Masyarakat setempat.
![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/11/IMG-20241123-WA0061-1024x768.jpg)
Pentingnya Sanitasi Total di Dusun 3 Desa Kertanegara
Dusun 3 Desa Kertanegara sebelumnya menghadapi sejumlah tantangan dalam aspek sanitasi. Sebagian besar rumah tangga belum memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai, seperti toilet sehat. Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) masih cukup umum, yang berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, demam tifoid, dan infeksi saluran pencernaan lainnya.
Selain itu, minimnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun dan pengelolaan limbah cair rumah tangga memperburuk situasi. Sampah sering kali dibuang sembarangan, mencemari lingkungan dan menimbulkan potensi bahaya kesehatan.
Dalam konteks ini, UPTD Puskesmas Wanakaya bekerja sama dengan perangkat desa, tokoh masyarakat, dan kader kesehatan lokal untuk menerapkan program pemicuan STBM di wilayah tersebut.
Proses Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Pemicuan STBM bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat secara kolektif. Proses ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, di mana masyarakat diajak untuk memahami dampak buruk kebiasaan tidak sehat sekaligus mencari solusi bersama.
- Sosialisasi dan Penyadaran
Tahap pertama dari pemicuan adalah sosialisasi kepada masyarakat. Tim fasilitator dari Puskesmas Wanakaya menjelaskan tentang STBM dan dampaknya terhadap kesehatan. Mereka menggunakan pendekatan yang mudah dipahami, seperti diskusi kelompok, pemutaran video edukasi, dan permainan interaktif. Salah satu metode yang digunakan adalah triggering atau pemicuan emosi. Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak untuk mengamati dampak dari BABS melalui simulasi pencemaran lingkungan. Kotoran yang dibuang sembarangan diilustrasikan sebagai sumber penyakit yang dapat mencemari air dan makanan. Proses ini memicu rasa malu dan tanggung jawab bersama untuk berubah. - Pembentukan Kelompok Kerja
Setelah masyarakat memahami pentingnya sanitasi, langkah berikutnya adalah pembentukan kelompok kerja sanitasi. Kelompok ini terdiri dari perangkat desa, tokoh masyarakat, kader kesehatan, dan perwakilan warga. Mereka bertugas merancang rencana aksi untuk mencapai lima pilar STBM di Dusun 3. Salah satu fokus utama adalah menghentikan praktik BABS. Kelompok kerja mendata rumah tangga yang belum memiliki toilet dan mengidentifikasi solusi, seperti membangun jamban sehat dengan bantuan dana desa atau gotong royong masyarakat. - Pendampingan dan Edukasi Berkelanjutan
Pendekatan STBM tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga perubahan perilaku jangka panjang. Untuk itu, Puskesmas Wanakaya rutin mengadakan pelatihan tentang cuci tangan pakai sabun, pengelolaan limbah, dan pengolahan sampah menjadi kompos. Selain itu, kader kesehatan aktif melakukan kunjungan rumah untuk memantau perilaku masyarakat, memberikan penyuluhan, dan memastikan keberlanjutan program.
![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/11/IMG-20241123-WA0059-1024x768.jpg)
Hasil dan Dampak Pemicuan STBM
Sejak dilaksanakan pada pertengahan tahun 2024, program pemicuan STBM di Dusun 3 Desa Kertanegara telah menunjukkan hasil yang signifikan:
- Pengurangan Praktik BABS
Sebagian besar rumah tangga kini memiliki akses ke jamban sehat. Masyarakat secara bertahap meninggalkan kebiasaan buang air besar sembarangan. Hal ini berdampak pada penurunan kasus diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya di wilayah tersebut. - Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Kebiasaan cuci tangan pakai sabun mulai membudaya, terutama di kalangan anak-anak dan ibu rumah tangga. Kegiatan ini berkontribusi pada peningkatan kesehatan keluarga. - Pengelolaan Sampah dan Limbah yang Lebih Baik
Masyarakat mulai memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik dikumpulkan untuk didaur ulang. Langkah ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga. - Kesadaran Kolektif tentang Pentingnya Sanitasi
Pendekatan partisipatif dalam pemicuan menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program STBM. Mereka aktif menjaga kebersihan lingkungan dan saling mengingatkan pentingnya hidup sehat.
Tantangan dan Strategi Keberlanjutan
Meski berhasil, implementasi STBM di Dusun 3 tidak lepas dari tantangan. Beberapa warga masih enggan mengubah perilaku karena faktor kebiasaan atau keterbatasan ekonomi. Untuk mengatasi hal ini, UPTD Puskesmas Wanakaya bersama perangkat desa terus memberikan pendampingan dan mencari alternatif pendanaan, seperti memanfaatkan program CSR dari perusahaan setempat atau menggali potensi dana hibah.
Selain itu, kader kesehatan memainkan peran penting dalam memastikan program ini tetap berjalan. Mereka menjadi ujung tombak dalam mengedukasi masyarakat dan memantau keberlanjutan lima pilar STBM.
![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/11/IMG-20241123-WA0060-1-1024x574.jpg)
Kesimpulan
Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Dusun 3 Desa Kertanegara bersama UPTD Puskesmas Wanakaya adalah contoh nyata bagaimana pendekatan partisipatif dapat menciptakan perubahan besar dalam pola hidup masyarakat. Melalui kerja sama antara masyarakat, pemerintah desa, dan tenaga kesehatan, lingkungan yang sehat dan bersih dapat tercipta.
Keberhasilan program ini memberikan inspirasi bagi wilayah lain untuk menerapkan pendekatan serupa. Dengan komitmen dan dukungan yang konsisten, tujuan Indonesia untuk mencapai sanitasi total pada tahun-tahun mendatang dapat terwujud.