![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/09/1_20240915_233218_0000-819x1024.png)
Marhabanan di Musholla Nurul Hikmah RW 001 Desa Kertanegara, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu
Kegiatan keagamaan di desa-desa sering kali menjadi salah satu pondasi penting dalam kehidupan masyarakat. Di Desa Kertanegara, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, salah satu tradisi yang masih terjaga hingga saat ini adalah kegiatan marhabanan. Tradisi ini dilakukan di musholla-musholla, Masjid dan atau Pondok Pesantren (Ponpes) sebagai bentuk rasa syukur dan perwujudan kebersamaan dalam masyarakat. Marhabanan memiliki makna mendalam dalam mempererat tali silaturahmi antar warga serta meningkatkan nilai-nilai religius yang kental dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah dan Makna Marhabanan
Marhabanan adalah tradisi keagamaan yang umumnya dilakukan oleh umat Muslim sebagai bentuk penghormatan dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini biasanya diisi dengan pembacaan syair-syair pujian yang dikenal sebagai marhaban, dan di beberapa tempat juga disertai dengan pembacaan maulid Nabi. Marhabanan sendiri berasal dari kata “marhaban” yang berarti “selamat datang”. Dalam konteks keagamaan, ini adalah bentuk sambutan umat Muslim terhadap ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Di Desa Kertanegara, kegiatan marhabanan sudah berlangsung sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun. Banyak warga yang terlibat dalam tradisi ini, baik dari kalangan orang tua, remaja, hingga anak-anak. Musholla, Masjid dan atau Pondok Pesantren (Ponpes) di desa ini menjadi pusat kegiatan marhabanan, terutama pada malam Jumat, bulan Maulid Nabi, dan saat ada perayaan-perayaan keagamaan lainnya.
![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/09/2_20240915_233218_0001-819x1024.png)
Pelaksanaan Marhabanan
Kegiatan marhabanan biasanya dilakukan pada malam hari setelah shalat Isya. Warga berkumpul di musholla, Masjid dan atau Pondok Pesantren (Ponpes) dengan membawa alat-alat musik tradisional seperti rebana dan gendang. Syair-syair pujian yang dibacakan biasanya berbahasa Arab dan berisi tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Selama pembacaan marhaban, warga yang hadir dengan khusyuk ikut serta dalam melantunkan syair-syair tersebut.
Suasana marhabanan sangat kental dengan nuansa kebersamaan dan kekhidmatan. Musholla, Masjid dan atau Pondok Pesantren (Ponpes) yang sederhana menjadi saksi bagaimana semangat keagamaan dan persaudaraan di Desa Kertanegara terus dijaga dan dirawat. Kegiatan ini tidak hanya sekadar ritual agama, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan sosial antar warga. Setelah marhabanan selesai, biasanya diadakan doa bersama dan dilanjutkan dengan ramah tamah berupa suguhan makanan sederhana yang disiapkan oleh warga secara bergotong-royong.
Peran Musholla, Masjid dan atau Pondok Pesantren dalam Kegiatan Marhabanan
Musholla, Masjid dan atau Pondok Pesantren (Ponpes) di Desa Kertanegara menjadi pusat kegiatan keagamaan, termasuk marhabanan. Fungsi musholla tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai ruang berkumpul untuk berbagai aktivitas yang mendukung pembentukan karakter masyarakat. Musholla di desa ini memiliki peran penting sebagai pusat spiritual sekaligus pusat sosial bagi warga. Tidak heran, kegiatan marhabanan yang diadakan secara rutin di musholla ini selalu mendapatkan antusiasme dari masyarakat.
Di samping itu, musholla juga menjadi tempat untuk mengajarkan nilai-nilai agama kepada generasi muda. Anak-anak dan remaja yang terlibat dalam kegiatan marhabanan belajar banyak tentang sejarah Nabi Muhammad, serta mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Islam. Dengan demikian, kegiatan marhabanan tidak hanya menjadi tradisi semata, tetapi juga menjadi sarana pendidikan yang efektif untuk mengenalkan dan melestarikan nilai-nilai agama kepada generasi penerus.
![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/09/3_20240915_233218_0002-819x1024.png)
Tantangan dan Upaya Pelestarian Marhabanan
Meskipun kegiatan marhabanan masih berlangsung dengan baik di Desa Kertanegara, tantangan dalam melestarikan tradisi ini tetap ada. Pengaruh budaya modern dan perubahan pola hidup masyarakat, terutama generasi muda, menjadi tantangan tersendiri. Di era digital seperti sekarang ini, banyak anak muda yang lebih tertarik dengan aktivitas-aktivitas di dunia maya daripada terlibat langsung dalam tradisi keagamaan.
Namun, masyarakat Desa Kertanegara memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga tradisi ini. Para tokoh agama dan sesepuh desa terus mengajak dan mendorong generasi muda untuk ikut serta dalam kegiatan marhabanan. Mereka mengingatkan bahwa kegiatan ini bukan hanya bagian dari warisan budaya, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, masyarakat desa juga berusaha memodernisasi kegiatan ini dengan cara yang tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam, misalnya dengan menggunakan media digital untuk menyebarkan syair-syair marhaban atau merekam kegiatan marhabanan dan membagikannya di media sosial.
![](https://dskertanegara.id/wp-content/uploads/2024/09/4_20240915_233218_0003-819x1024.png)
Kesimpulan
Bapak H. Mulyono selaku Kepala Desa (Kuwu) Kertanegara menyampaikan bahwa Marhabanan di Musholla, Masjid dan atau Ponpes Desa Kertanegara, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu merupakan tradisi yang penuh dengan makna religius dan sosial. Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana untuk memupuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antar warga. Di tengah arus modernisasi, upaya untuk melestarikan marhabanan terus dilakukan oleh masyarakat setempat, dengan harapan tradisi ini tetap hidup dan berkembang di masa depan. Musholla, Masjid dan atau Ponpes sebagai pusat kegiatan keagamaan memainkan peran penting dalam menjaga dan merawat tradisi ini agar terus lestari, sekaligus menjadi ruang pendidikan agama bagi generasi penerus.
Bersama masyarakat kami juga mengajak dan menyampaikan bahwa pentingnya menjaga serta melestarikan adat budaya leluhur agar selalu terjaga dan tidak menghilangkan nilai-nilai religi serta kebudayaannya. Sesuai Visi Misi Kertanegara Berkarya dan Indramayu Bermartabat, Ibu Bupati Indramayu Hj. Nina Agustina juga menuturkan kepada masyarakat ucapaan terimakasih dan memohon maaf, serta memohon agar warga masyarakat dapat bersatu, bergotong royong dan bersinergi bersama Pemerintah Desa dan Daerah serta stackholder lainnya yakni untuk bersama-sama melaksanakan kerja Baik Kerja Nyata demi mewujudkan Indramayu yang Bersih, Religius, Maju, Adil, Makmur dan Hebat. Tuturnya